Kamis, 09 Mei 2013

JUPE VS DEPE ?

Filled under:



Perseteruan antara Dewi Perssik dan Julia Perez nampaknya semakin panas saja. Setelah kemarin, Sabtu (30/10/2010) Dewi Perssik menggelar jumpa wartawan guna meluruskan kabar yang beredar, hari ini, Minggu (31/10/2010) Julia Perez kembali menanggapi apa yang telah dilontarkan oleh anak buah Ahmad Dhani tersebut.

Dalam jumpa pers kemarin, DP mengatakan jika Jupe sudah mencemarkan nama baik dirinya. Untuk itulah Jupe berani mengatakan jika DP bukanlah tandingan baginya.

Hal ini terlontar saat Jupe dihubungi melalui sambungan telepon oleh beberapa wartawan. "Aku mencemarkan nama baik, saya rasa apa yang saya omongin nggak berlebihan, seharusnya tahu diri yang mencemarkan siapa? Harusnya dia mengaca, saya cuma menuntut profesional dalam bekerja, kalau memang sakit ya confirm sebelumnya, jangan pas hari H mau syuting supirnya disuruh pulang,"keluh Jupe. dan Jupe juga mengatakan jika dirinya memberikan nama baru bagi DP. Nama tersebut adalah 'Dewi Peres'. "Ya udah catet, sekarang Dewi Perssik saya ganti namanya jadi Dewi Peres pakai s ya, jangan salah," ujar Jupe dan "Saya pernah nggak aneh-aneh atau berantem untuk popularitas? Ya, pokoknya kalau dia nggak jual saya nggak akan beli."

"Dia juga pernah bilang kalau saya lebih tua, ya saya pengen naungin dia sebagai anak kecil, tapi mana ada anak kecil kawin empat kali, ya pokoknya dia tau konsukensinya, saya nggak bisa diinjek-injek,"tegas kekasih Gaston Castano tersebut. juga "Seharusnya tahu diri, yang mencemarkan siapa? Harusnya dia (Dewi) ngaca. Saya cuma menuntut profesional dalam bekerja. Kalau memang sakit, ya confirm sebelumnya. Jangan pas hari H mau syuting, sopirnya disuruh pulang," tegas Jupe, "Di dunia entertainment ini kita harus bener-bener berbakti. Aku juga pernah sakit dan sampai diinfus tetap datang, jadi dia nggak bisa seenak jidatnya aja."


Lebih lanjut, wanita yang memiliki nama lengkap Juli Rahcmawati ini mengatakan jika di dunia entertaiment ini, kita harus bener-benar berbakti."Aku juga pernah sakit dan sampai di infus tapi tetap datang. Jadi, dia nggak bisa seenak jidatnya saja," tambah Jupe.

Meski begitu, Jupe sadar jika dirinya tak bisa menyaingi wanita yang bernaung di dalam Republik Cinta Menejemen ini. Karena, Jupe juga tidak merasa jika DP adalah saingan bagi dirinya."Karena dia bukan sebanding sama saya, dia bukan level saya, dia kan biasanya cuma ujung-ujungnya pengadilan dan berantemnya sama babu dan eks manejernya, dia bukan level saya,"tegas Jupe.

Secara tegas Dewi Perssik Pun menuturkan bahwa dia tidak mau disamakan dengan Julia Perez . Kejengkelan itu diungkapkannya lantaran tidak terima dianggap tidak profesional oleh Jupe dalam syuting film terbaru mereka ARWAH GOYANG KARAWANG. Mendengar itu, Jupe malah makin naik pitam. Baginya, DP memang tidak selevel dengan Jupe.

"Ya memang nggak bisa nyaingi saya. Saya juga tidak merasa dia (Dewi) saingan saya, karena dia bukan sebanding sama saya. Dia bukan level saya. Dia kan biasanya cuma ujung-ujungnya pengadilan, dan berantemnya sama babu dan eks manajernya. Dia bukan level saya," tukas Jupe yang dihubungi wartawan via telepon, Minggu ..

Posted By Dhimas Ari22.40

5 Negara Maju yang Tidak Ada Ujian Akhir Nasional

Filled under:

Setiap tahunnya di Indonesia pada sibuk Ujian Nasional apalagi bentar lagi gan UN 2013 dengan 20 paket soal (mungkin kalo gak ribet yang buat soal ). Untuk Apakah Ujian Nasional Sebetulnya? Apakah UN mutlak diperlukan? Berikut negara – negara maju yang ternyata tidak menerapkan ujian nasional pada sistem pendidikannya…

1. Finlandia 

sukague.com
Finlandia sebagai negara dengan system pendidikan termaju di dunia tidak mengenal yang namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan kepada para guru sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Setiap akhir semester siswa menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda.
Di Finlandia profesi guru adalah profesi yang paling terhormat. Dokter justru berada dibawah peringkat guru.

2. Amerika Serikat
sukague.com
Amerika yang terdiri dari banyak negara bagian ternyata tidak pernah menyelenggarakan UN atau ujian negara secara nasional.
Walaupun ada ujian yang diselenggarakan oleh masing-masing state (negara bagian), namun tidak semua sekolah diwajibkan mengikuti ujian negara bagian. Tiap negara bagian juga mempunyai materi ujian-masing masing.
Sekolah-sekolah tetap boleh menyelenggarakan ujian sendiri dan menentukan kelulusannya sendiri..
Semua lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh sekolahnya sendiri atau lulus ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh mengikuti ujian mauk ke college ataupun universitas asal memenuhi persyaratan dan lulus tes masuk.
Logika pendidikan yang digunakan yaitu: Kualitas pendidikan ditentukan oleh individu masing-masing kelulusan. Walaupun Si A lulusan dari SMA pinggiran yang tidak terkenal, kalau dia lulus tes masuk ke Universitas Harvard, maka diapun akan diterima di universitas tersebut.Jadi masalah kualitas ditentukan oleh individu (individual quality).

Pakar pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994)
Berpendapat bahwa nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru. Sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down oriented, tak bisa menjawab masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.

3 Jerman

sukague.com
Jerman tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan adalah membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, yaitu dengan:

1. menyediakan guru yang profesional, yang seluruh waktunya dicurahkan untuk menjadi
pendidik;
2. menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang memadai dan ruang kerja guru;
3. menyediakan media pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta didik dapat secara terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib, buku rujukan, dan buku bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan menikmati belajar;
4. evaluasi yang terus-menerus, komprehensif dan obyektif.

Melalui model pembelajaran yang seperti inilah, yaitu peserta didik setiap saat dinilai tingkah lakunya,
kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan intelektual, partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman mampu menghasilkan rakyat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar belajar.

Mereka setiap hari belajar selalu mendapat tugas dari semua mata pelajaran yang proses maupun hasilnya dinilai dan nilai-nilai ini memengaruhi nilai akhir semester dan seterusnya.


4. Kanada
sukague.com
Di Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di negara itu. Untuk kontrol kualitas di Kanada terdapat penjaminan mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga penjamin mutu ini benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan dasar hingga menengah. Sehinga murid yang akan masuk ke perguruan tinggi cukup dengan rapor terakhir.
Di Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid darimana pun sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai dengan standar perguruan tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan sekolah.

Kebalikan dengan di Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak percaya dengan lulusan sekolah menengah. Saling tidak percaya standar ini yang menyebabkan pemborosan keuangan negara karena harus menyelenggarakan UN dan ujian mandiri.

5. Australia
sukague.com
Di Negara Australia ini, ujian nasional tidak dilaksanakan bahkan tidak dikenal sama sekali, melainkan ujian state. Ujian ini tidak menentukan lulus tidaknya para peserta didik, namun untuk menentukan kemana siswa tersebut akan melanjutkan pendidikan. Berapapun nilai yang didapatkan oleh siswa dari ujian tersebut tetap dinyatakan lulus. Nilai nol pun tetap dinyatakan lulus, namun kelulusan tersebut tidak ada gunanya. Berarti siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan pendidikannya.


SUMBER

Posted By Dhimas Ari22.14