Rabu, 27 Maret 2013

Harga Cabai di Pasaran Tembus Rp 100 Ribu -_-

Filled under:



Setelah bawang putih, kini giliran cabai merah yang harganya meroket di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Baik pedagang maupun pembeli di pasar tak habis pikir harga cabai merah mencapai Rp 100 ribu per kilogram.

Pantauan Tempo di Pasar Kahayan, Jalan Cilik Riwut, Palangkaraya, Selasa, 26 Maret 2013, kenaikan harga cabai sudah mulai dirasakan sejak dua hari lalu. Para pedagang mengaku tidak tahu penyebab kenaikan harga bumbu pedas tersebut. “Saya mengambil cabai dari distributor yang datang dari Banjarmasin. Harga kulakan sudah mahal jadi kami tinggal menyesuaikan,” ujar Jannah, pedagang sayur di Pasar Kahayan.

Noorida, juga pedagang sayur di Pasar Kahayan, mengatakan, pasokan cabai sangat kurang. Menurut pengakuan distributornya, kenaikan harga ini disebabkan para petani di Pulau Jawa mengalami gagal panen sehingga harga juga turut naik.

Kenaikan harga bukannya membuat pedagang semakin untung. Justru sebaliknya, mereka kesulitan untuk menjual barang karena pembelian oleh konsumen semakin berkurang akibat terlalu mahalnya harga. “Sekarang ini pelanggan saya yang kebanyakan para pedagang bakso dan penjual gorengan hanya membeli cabai paling banyak 1 ons per hari. Bisa jual 1-2 kilo saja sudah bagus,” kata Noorida.

Kondisi naiknya harga cabai selain dikeluhkan pedagang juga dirasakan oleh masyarakat. Mereka meminta pemerintah memperhatikan dan benar-benar menjaga agar harga kebutuhan pangan untuk rakyat dijaga kestabilannya. “Belum selesai harga daging naik, kemudian harga bawang juga naik, sekarang giliran harga cabai,” kata Yeni, warga Jalan Maurjani,

sumber :

Inilah Penyebab Harga Cabai Melambung

Dalam sebulan terakhir, masyarakat dipusingkan dengan kenaikan harga sejumlah kebutuhan pangan. Kenaikan tertinggi terutama terjadi pada sayur-mayur.

Cabai keriting yang biasanya hanya di kisaran Rp 18.000-Rp 20.000, kini dijual dengan harga Rp 35.000-Rp 40.000. Apa penyebabnya?

Kenaikan ekstrem juga terjadi pada sayur-mayur lainnya.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Subagyo mengakui, cabai keriting mengalami kenaikan yang paling ekstrem. Dia mengatakan, penyebabnya adalah ketidakpastian iklim.

"Khusus sayur-mayur, produk-produk semacam ini terpengaruh oleh iklim, dan iklim tahun ini sangat dipengaruhi oleh La Nina. Kondisinya harusnya musim kering, tapi nyatanya keringnya kering basah," kata Subagyo dalam diskusi "Kenaikan Harga Sembako, Mengapa Harus Terjadi" di Gedung DPD, Jakarta, Jumat (16/7/2010).

Pada tahun ini, musim kering memang lebih pendek dari tahun-tahun sebelumnya. "Sayur-mayur pada saat panen seperti sekarang mudah busuk karena hujan masih cukup banyak," ujarnya.

Hal tersebut mengakibatkan pasokan di pusat produksi berkurang sehingga mengakibatkan harga naik. Menjelang puasa dan Hari Raya Idul Fitri, diyakini bahwa kebutuhan konsumsi akan mengalami kenaikan antara 20 dan 30 persen. Dengan peningkatan kebutuhan dan suplai yang berkurang, harga-harga diprediksi akan terus mengalami kenaikan.

Apa upaya yang dilakukan pemerintah? Subagyo mengatakan, pemerintah akan mengadakan pasar murah bagi masyarakat kelas ekonomi bawah.

sumber


semakin kesini manajemen agro indonesia makin amburadul, pro kontra impor non impor, manajemen demand n suply yg buruk, korupsi kuota impor dll semakin merugikan masyarakat. padahal sektor kebutuhan pokok adalah indikator utama yg paling terasa dari inflasi.

ditengah ketidak pastian akan nasib petani pemerintah melalui departemen2nya serasa acuh tak acuh dgn kondisi ini. departemen pertanian sebagai induk dari sektor agro seakan tidak berdaya ato memang tidak diberdayakan. selama beberapa tahun ane bisnis agro kecil2an gak secuilpun ane ngrasa campur tangan dari departemen ini. kyknya mereka lebih sibuk ngurusin terpenuhinya demand n suply lewat kran impor bukannya fokus pada upaya bagaimana meningkatkan produksi dalam negri dan memberdayakan petani. yg ada malah petani disalahkan sama mentrinya gara2 kenaikan harga bawang yg tak terkendali.