bak seperti batu karang yang tegar tak tergoyakan oleh ombak, begitulah gambaran dari kehidupan seorang wanita belum genap paruh baya yang aku kenal. sakit kehidupan tak membuatnya terhenti dan merenung meratapi nasib, tapi terus bergerak semakin maju demi menghidupi ke tiga anaknya termasuk aku. ya, aku adalah saksi dari perjuangan hidup wanita ini.
beliau adalah wanita dengan kehidupan yang sederhana, dan sehari - hari berusaha keras mencari penghidupan dengan cara berjualan tas di pelabuhan tanjung perak. walaupun suaminya masih hidup dan masih produktif bekerja di suatu pabrik. itu tak cukup, karena biaya hidup kami juga sama besarnya dengan pemasukan.
walaupun aku tau mereka berdua lelah dan letih karena jelas sudah lebih dari separuh hidup digunakan untuk bekerja, dan tak pernah satu jam pun merasakan nikmat hidup, yang terlintas dibenak ibuku hanyalah 'makan apa besok?', pertanyaan itu selalu terucap setiap malam. aku tau perkonomian kami sangat mengkhawatirkan tapi ibuku tak pernah menginginkan anaknya hidup sesangsara, itu terbukti dari lauk pauk kami yang bisa dibilang cukup mewah.
disamping selalu memberi yang terbaik untuk anaknya, beliau punya kebiasaan unik yaitu semua yang tak sesuai keinginganya, akan segera ditegur habis - habisan, mau itu yang dikenal ataupun yang baru ditemuinya, walaupun demikian, banyak yang menyukai beliau. apalagi teman - temanya di pelabuhan. pernah sesekali aku ikut pergi ke perak dan yang aku lihat bukan pekerjaan seorang penjual seperi biasanya melainkan lebih seperti keluarga saja. kenapa aku bilang demikian? karena setiap tikungan beliau selalu berhenti dan mengobrol dengan seorang yang dikenalnya, bergurau dan sesekali menagih tagihan tas yang di beli seseorang itu sebelumnya. yang lebih terlihat diwajah ibuku pada saat itu adalah tawa kegembiraan yang begitu lepas dan bersemangat. begitulah beliau, ketika bekerja beliau akan bekerja dengan sepenuhnya dan menikmati setiap saat dari pekerjaanya.
itulah kehidupan pada siang hari dari beliau, seorang yang bersemangat dan gembira. tak tampak kepahitan hidup dari wajahnya. tapi manusia tetaplah manusia, beban berat yang dipikulnya hanya dapat dicurahkan dengan bercerita kepada anaknya dengan menangis. disinilah aku tau betapa mulianya seorang ibu. walaupun hidupnya keras, beliau tetap memberikan yang terbaik untuk anaknya. yang di inginkan suatu hari anaknya tumbuh besar dan menjadi seseorang dengan penghidupan layak. semangatnya yang memberiku nafas sampai saat ini, semangat itu yang diwariskan olehnya. dan ketika ditanya apa impianku aku akan menjawab, 'impianku adalah membuat ibuku menangis ketika melihatku dan dengan bangga berkata 'itu adalah anakku'.